Senin, 30 Oktober 2017

Kenali Abses pada Kucing/Anjing Anda!

Para pecinta hewan mungkin pernah menjumpai adanya benjolan pada bagian tubuh hewan kesayangan seperti pada pundak, bawah rahang, daerah perut atau bagian tubuh lainnya.

Benjolan tersebut teraba keras dan membesar. Benjolan ini kadang kala karena menyebabkan ketidaknyamanan pada hewan kemudian digaruk atau terkena cakaran sehingga timbul luka dan dari luka keluar nanah dan darah.


Cairan nanah yang keluar kadangkala mengeluarkan bau yang tidak sedap. Kadang disertai rasa sakit saat teraba namun kadang tidak ada rasa sakit saat benjolan tersebut disentuh.

Benjolan ini biasanya disebut abses.

Awal dari terbentuknya abses biasanya karena adanya luka pada kulit baik yang disebabkan oleh gigitan maupun garukan hewan. Bakteri yang berasal dari gigitan maupun kuku masuk ke dalam jaringan.


Biasanya tidak terlihat adanya bekas luka atau gigitan namun teraba adanya pembengkakan yang teraba seperti kantong yang berisi cairan (darah atau nanah) pada hewan kesayangan. 

Senin, 16 Oktober 2017

Perhatikan Cara Diagnosa Cacingan yang Tepat


Cacingan (Helminthiasis) umum dijumpai pada hewan baik hewan kesayangan (anjing, kucing) maupun hewan ternak. Untuk mengetahui hewan kita terkena cacingan atau tidak dapat harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan feses (kotoran) hewan di laboratorium.

Dari pemeriksaan feses maka dapat dindentifikasi jenis cacing dan kemudian dapat diberikan obat cacing yang tepat. Hewan dapat dinyatakan terkena cacingan berdasarkan pada beberapa hal : yang pertama berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan gejala klinis  dan berdasarkan pada pemeriksaan laboratorium.

Perlu diketahui oleh para animal lover bahwa hasil diagnosa yang berdasarkan pemeriksaan klinis hanya dapat menghasilkan pernyataan bahwa hewan diduga terkena cacingan bukan diagnosa pasti jenis cacing yang diderita.


Untuk diagnosa pasti pada kejadian cacingan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan feses di laboratorium. Dengan pemeriksaan feses maka akan dapat diidentifikasi jenis parasit/cacing yang diderita hewan. Apabila diketahui jenis cacing yang ada di dalam feses maka akan dapat diberikan obat cacing yang tepat untuk penanganan kasus cacingan.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Dokter Hewan Tugas dan Wewenang

Lombok memiliki potensi pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Beberapa tahun terakhir ini pertumbuhan pariwisata dan ekonomi di Lombok tampak meningkat perkembangannnya. 

Semisal kita lihat dengan adanya pembangunan Islamic Centre yang merupakan ikon pulau Lombok semakin mencirikan Lombok sebagai Pulau Seribu Masjid.

Selain itu banyak juga sekarang dijumpai pemilik hewan kesayangan seperti anjing, kucing, kelinci, burung atau lainnya. Dengan maraknya kepemilikan hewan kesayangan semakin banyak dibutuhkan layanan Dokter Hewan. 

Dokter hewan di Lombok diwadahi dalam suatu Perhimpunan yang disebut Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang NTB 1. Perhimpunan ini beranggotakan seluruh dokter hewan di Pulau Lombok. 

Mungkin ada yang belum tahu apa saja tugas dan wewenang Dokter Hewan Indonesia :

Apa saja tugas dan wewenang dokter hewan?


Adapun Tugas dan wewenang Dokter Hewan adalah :

·         Melindungi kehidupan/kesehatan hewan dan resiko yang di timbulkan dari masuk, berkembang atau menyebarnya hama, penyakit, organisme penyebar penyakit.

·         Melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari resiko yang di timbulkan oleh bahan tambahan (additives), kontaminan, toksin atau organisme penyebab penyakit dalam.

·         Melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari resiko timbulnya penyakit yang terbawa oleh hewan, produknya, masuknya, berkembangnya, dan menyebarnya hama penyakit.

·         Mencegah berkembangnya hama penyakit.

Adapun cara pencegahan penyakit yang dapat dilakukan oleh dokter hewan adalah dengan :
·         Melakukan Pemeliharaan kesehatan hewan. Dokter hewan telah dibekali seperangkat pengetahuan untuk melakukan perawatan hewan untuk mencegah terjadinya penyakit.

·         Pengawasan lalu lintas hewan. Dokter hewan mengawasi perpindahan hewan dari suatu daerah ke daerah lain, sehingga penyebaran penyakit dapat di tanggulangi.

·         Melakukan karantina pada hewan mengidap penyakit atau atau pada kondisi tertentu, karena di khawatirkan akan menularkan atau menyebarkan penyakit.

Jumat, 13 Oktober 2017

Apa itu PROLAPS ANI/RECTUM? dan APA PENYEBABNYA?

Pernahkah kalian menjumpai seekor hewan baik itu kucing, anjing maupun sapi pada daerah anusnya nampak seperti ada tonjolan yang keluar dari anusnya. Hewan biasanya tampak sulit untuk buang air besar (defekasi).

Prolaps rectum/Rectal prolapse/anal prolaps merupakan keluarnya mukosa rektal (protusio) dari anus melalui anal orifisium sehingga nampak seperti ada tonjolan yang keluar dari anus.

Prolaps rectum dapat disebabkan oleh distokia, urolithiasi, neoplasma intestinal, hernia perineal, konstipasi dan pasca operasi anus dan perineal. Hewan dapat mengalami prolapse akibat dyschezia dan tenesmus dan terus menerus. Seringkali terjadi pada hewan pada umur muda dan dapat terjadi pada semua hewan baik jantan maupun betina.

Penyebab kejadian ini bermacam macam, diantaranya :
-          Endoparasitism
-          Enteritis
-          Adanya benda asing pada intestinum
-          Distokia
-          Urolithiasis
-          Konstipasi
-          Cacat sejak lahir
-          Fleksibilitas spingter anus
-          Gangguan/penyakit pada prostat
-          Operasi pada daerah perineal

Rabu, 11 Oktober 2017

Tumor Berdasarkan Tingkat Keganasannya

Tumor berdasarkan tingkat keganasannya dapat dibedakan sebagai berikut 
Ciri Benign
Ciri Malignant
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan cepat
Dinding lesi tampak jelas
Dinding lesi tidak tampak jelas
Tanpa Ulcerasi
Ada ulcerasi
Berkapsul (tidak menempel pada jaringan disekitarnya)
Tidak berkapsul (menempel pada jaringan disekitarnya)
Tidak ada invasi lokal
Lokal invasi
Tidak ada lymphhadenomegaly
Lymphhadenomegaly
Menimbulkan gejala klinis yang panjang
Gejala klinis yang singkat
Penanganan Mast Cell Tumor pada Anjing
(Sumber : Caroline Veterinary Surgical Service)



Gangguan Tumor pada Kulit

Neoplasma Cutaneous (Sumber : Dog Health)
Kajian tentang tumor (cancer) dan berbagai bentuk penanganannya telah banyak dilakukan oleh para oncologist. 

Neoplasma cutaneous atau tumor yang terjadi pada daerah cutan merupakan tumor yang paling sering dijumpai pada anjing dapat terjadi sampai sekitar 30% dan pada kucing kejadiannya hanya 25% dijumpai.

Sehingga pemilik hewan harus selalu memeriksa kondisi hewannya dan mengamati benjolan atau bentukan patologis yang terjadi pada daerah kulit.






KEGIATAN PDSR LOBAR SEJAK TAHUN 2009 s/d TAHUN 2011


Kegiatan Penyemprotan Desinfektan di Pasar (Doc. Drh. Diah P)
FAO dan Departemen Pertanian membentuk Tim PDSR (Participatory Disease Surveillans and Response) pada tahun 2009. PDSR Kabupaten Lombok Barat telah melakukan Surveilans & Investigasi di 67 desa di Lombok Barat. Dari 67 desa tersebut ada 4 desa yang baru yang merupakan pemekaran dari desa sebelumnya.

Sehingga jumlah desa yang belum di survey ada : 25 desa. Sehingga porsentase desa yang belum dikunjungi : 27 %. PDSR merupakan tim reaksi cepat untuk penanggulangan Avian Influenza (AI) pada unggas. Kegiatan yang dilakukan oleh PDSR meliputi kegiatan surveilans dan investigasi juga dilakukan pemberian desinfektan kepada para peternak unggas di desa yang dikunjungi.

Pada Tahun 2011 ada beberapa laporan kematian unggas diantaranya :
  1. Selasa 27 September 2011 ada laporan ayam mati mendadak ± 50 ekor mati di Dusun Jerangoan Desa Kramajaya, Narmada. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan rapid test diperoleh hasil : (-) negatif dan kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke Lab tipe B banyumulek pada tanggal 27/9/2011 : dan menunjukkan hasil negatif.
  2. Sabtu 1 Oktober 2011 ada Laporan Ayam Mati Mendadak di Desa Ombe Baru kurang lebih sebanyak 50 ekor ayam mati. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan rapid test diperoleh hasil : (-) negatif. Sampel dibawa ke Lab B Banyumulek pada tanggal 3/10/2011        : dan menunjukkan hasil negatif.


Berdasarkan kegiatan Surveilan dan Investigasi tersebut diperoleh informasi bahwa Kabupaten Lombok Barat sampai saat ini masih dalam Status : Tampaknya Bebas

Sabtu, 07 Oktober 2017

Pedet

Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Selama 3-4 hari setelah lahir pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya, karena pedet belum mempunyai anti bodi untuk resistensi terhadap penyakit. 

Setelah dipisahkan dari induk sapi, barulah pedet dilatih mengkonsumsi suplemen makanan sedikit demi sedikit sehingga pertumbuhanya optimal.

Pada saat lahir pedet memiliki ukuran tubuh yang kecil, tetapi dengan ukuran kepala yang relatif besar dengan kaki yang panjang. Hal ini disebabkan oleh karena proses pertumbuhan bagian tubuh yang memang berbeda-beda. 

Pada saat pedet lahir pencapaian berat badan baru mencapai sekitar 8%. Secara berurutan yang tumbuh atau terbentuk setelah lahir adalah saraf, kerangka, dan otot yang menyelubungi seluruh kerangka. Semua itu sudah terbentuk sejak dalam kandungan. Kepala dan kaki merupakan bagian tubuh yang tumbuh paling awal daripada bagan tubuh yang lain, sedangkan bagian punggung pinggang dan paha baru tumbuh kemudian. 

Jika dibandingkan dengan ternak sapi dewasa, pedet relatif kakinya lebih tinggi dan dadanya lebih sempit. Kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan. Badannya lebih pendek atau dangkal dan kurus serta ukuran kepalanya lebih pendek. 

Semakin bertambah umurnya semakin memanjang ukuran kepalanya menyebabkan pedet mati lemas saat lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan. Pemeliharaan pedet mulai dari penanganan kelahiran, pemberian identitas, pola pemberian pakan, pemantauan terhadap pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, pencegahan dan penanganan terhadap penyakit, serta kebersihan dan fasilitas kandang hingga pedet berumur 8 bulan, sangat mempengaruhi keberhasilan tercapainya pedet sebagai calon bibit unggul pada usaha peternakan sapi.

Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapih/dara. Penanganan pedet pada saat lahir : semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada pada tubuhnya menggunakan handuk yang bersih. 

Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodium untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Beri kolostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir (Sanuri, 2010). Setelah lahir pedet harus segera mendapatkan kolostrum dari induknya, karena tingkat kematian dapat mencapai 16-20%, 3-4 hari setalah lahir pedet perlu mendapatkan perhatian tata cara pemeliraraan. 

Khusus pada periode kolostrum pedet belum bisa mengasilkan antibody (Imonoglubulin) di minggu pertama setelah kelahiran dan harus mendapatkan dari kolostrum agar tahan terhadap serangan penyakit. Kolostrum juga berfungsi sebagai laxative (urus-urus) untuk mengeluarkan kotoran sisa-sisa metabolisnme. 

Pemeliharaan pedet secara alami dapat dilakukan dengan membiarkan pedet selalu bersama induknya sampai dengan pedet disapih umur 6 – 8 bulan, baik saat digembalakan maupun didalam kandang 
Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi.


Dengan penanganan dan perawatan yang tepat akan dapat mengoptimalakan performan pedet yang nantinya benar-benar siap menjadi replacement stock menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi lagi. Pedet yang harus dipelihara terus setiap tahunnya untuk peremajaan adalah 30% dari jumlah populasi induk.

Sejarah Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali, dan dianggap sebagai hasil domestikasi dari sapi liar (banteng). Penampilan fisik sapi Bali masih sangat mirip dengan sapi liar yang sejak dulu telah mendiami wilayah Nusantara. Jenis jantan dan betina dari sapi Bali sangat berbeda penampilannya.


Sapi Bali biasanya digunakan sebagai sapi kerja di sawah maupun di tanah kering, serta sebagai sapi tarik gerobak. Di samping di pulau Bali, karena daya adaptasinya yang kuat, sapi Bali sekarang telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di NTB, NTT, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Selatan dan Lampung, serta juga telah diperkenalkan di berbagai daerah di Kalimantan.